Sunday, July 03, 2011

PENYEBARAN INFORMASI MENGENAI PERKEBUNAN SAWIT BELUM BERIMBANG

Palangkaraya, 29/8 (ANTARA). Dewan daerah Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Kalimantan Tengah (Kalteng), Safrudin Mahendra, mengatakan, penyebaran informasi seputar pengembangan perkebunan sawit masih belum berimbang antara sisi positif dan negatif investasi tersebut.

"Penyebaran informasi mengenai pengembangan perkebuanan sawit lebih banyak mengulas sisi positifnya sedangkan untuk dampak negatif kurang terangkat ke media informasi," katanya, di Palangkaraya, Minggu.

Menurutnya, pemberitaan tentang pembangunan yang berdampak terhadap kemakmuran dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia akibat keberadaan dan perluasan kebun sawit kerap menjadi sorotan utama.

Ungkapan-ungkapan fantastis seperti, “Indonesia Negara penghasil Minyak Sawit Terbesar di Dunia” dan “Perkebunan Sawit Ciptakan Lapangan Kerja serta Tingkatkan Kemakmuran” kerap tertulis di berbagai media informasi, ucapnya.

Dia menambahkan, ungkapan itu diikuti dengan penyebetan angka yang fantastis, misalkan,”sektor sawit raih keuntungan senilai 9,11miliar dollar Amerika.” atau “perkebunan sawit mampu Serap empat juta tenaga kerja” dan “hampir tiga juta hektare kebun sawit di Indonesia dimiliki oleh petani.”

Dia mengungkapkan, dibalik prestasi perkebunan sawit, ternyata terselip banyak cerita duka dan nestapa, duka masyarakat adat yang tergusur dari lahannya akibat perluasan kebun sawit.
Juga tidak sedikit petani yang melakukan demonstrasi ketika harga bibit, pupuk, tandan buah sawit serta jumlah utang yang dibebankan padanya ternyata dibuat secara sepihak oleh perusahaan dan didukung oleh pemerintah, ucapnya.

Dia menambahkan, nestapa jutaan buruh yang bekerja di kebun sawit hanya berstatus buruh harian lepas tanpa upah yang layak, perlindungan kerja yang optimal dan kerap dilecehkan keberadaannya.
Menurutnya, apabila ketiga kelompok tersebut melakukan tindakan demi menuntut haknya, maka proses kriminalisasi pasti akan diberlakukan terhadap mereka.

Selain itu, kabut asap akibat pembakaran lahan demi pembangunan kebun sawit dan banjir yang melanda ketika musim penghujan tiba akibat konversi hutan/ lindung serta daerah aliran sungai menjadi kebun sawit juga tidak pernah diberitakan, ungkapnya.

Maraknya penerbitan dan pembagian informasi yang didasarkan pada kepentingan tertentu, terutama kepentingan modal dan kekuasaan pilitik, membuat informasi seakan-akan menjadi sepihak saja.

Akibatnya adalah, informasi hanya menjadi alat propaganda belaka bahkan cenderung berlebihan dan penuh manipulasi demi kepentingan kelompok bisnis dan kekuasaan politik tersebut.

Menurutnya, informasi adalah kumpulan data dan fakta dari dinamika atau perubahan sosial dan perkembangan ilmu pengetahuan, kumpulan data dan fakta tersebut apabila dikumpulkan dapat disajikan kepada masyarakat dalam berbagai bentuk informasi.

Tujuan informasi adalah pencerahan wacana masyarakat demi sebuah penyadaran untuk perubahan hidup, sedangkan esensi dari informasi adalah pencerahan dan perubahan hidup yang mengandung nilai kebenaran dan keadilan dalam pemenuhan naluri kesadaran manusia, demikian Safrudin.